KUPANG - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi NTT menggelar kegiatan Diskusi Ahli Penyusunan Rencana Kontingensi Gempa Bumi Berpotensi Tsunami di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Jumat (17/06/2022).
Penyusunan Dokumen
Rencana Kontigensi ini dilakukan karena Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)
merupakan salah satu wilayah dengan tingkat ancaman bencana gempa bumi dan
tsunami yang tergolong tinggi. Hal tersebut juga dilakukan sekaligus untuk
menjawab keresahan masyarakat terkait press release BMKG tentang gempa
pada tanggal 14 Desember 2021 yang menyebabkan adanya patahan baru bernama Kalaotoa
di Utara Flores, ungkap Kepala Pelaksana BPBD NTT, Ambrosius Kodo saat membuka
kegiatan diskusi secara daring dimaksud.
Menurut BMKG energi yang
terlepas saat gempa tersebut yaitu 7,4 magnitudo ke arah utara sehingga
menyebabkan Kabupaten Selayar menerima dampak yang luar biasa. Sementara ke bagian
selatan yaitu ke wilayah NTT energinya belum terlepas sehingga ke depan terdapat
potensi NTT menerima dampak yang luar biasa pula.
Potensi gempa dan tsunami di NTT tetap ada dan kapan
terjadinya tidak dapat diprediksi, sehingga upaya mitigasi oleh pemerintah dan
masyarakat tetap harus disiapkan. Sejarah gempa besar di masa lalu yang terjadi di
wilayah NTT merupakan bagian dari proses alam untuk dijadikan pembelajaran dalam
menghadapi potensi yang sama di kemudian hari.
“BPBD NTT dengan dukungan
SIAP SIAGA mendorong penyusunan dokumen ini sebagai mekanisme yang harus
dikerjakan dalam rangka upaya mitigasi dan membangun kesiapsiagaan terhadap
bencana yang dipicu oleh gempa bumi dan tsunami,” tegas Ambros.
Kepala Stasiun Geofisika Kupang (Koordinator BMKG NTT),
Margiono, S.Si
saat
memberikan materi pada kegiatan tersebut menjelaskan, tsunami bisa terjadi di laut atau perairan yang luas.
Pada initial condition,
secara teori, karakteristik kedatangan gelombang tsunami ditunjukkan dengan
diawali penurunan muka tinggi gelombang (surut) pada koordinat sumber datangnya
tsunami.
Selain itu, kata Margiono, “Kriteria terjadinya
tsunami di antaranya mempunyai magnitudo (M) yang besar: M ? 7 SR, sumber gempa
bumi berada di laut dengan kedalaman yang dangkal ? 60 Km, serta adanya deformasi
atau perubahan dasar laut secara vertikal.”
Ia melanjutkan, berdasarkan
histori kejadian aktivitas tektonik yang mengakibatkan gempa bumi dan tsunami
di wilayah NTT, maka BMKG mengambil langkah dini dengan membuat sebuah Peta
Pemodelan Tsunami (Skenario Terburuk) apabila terjadi tsunami dan Pemetaan Mikrozonasi
Gempa bumi untuk mengetahui kondisi karakteristik tanah apabila terjadi
goncangan gempa bumi, guna mencegah terjadinya kerugian sosial/ekonomi dan
korban jiwa, apabila terjadi gempa bumi dan tsunami.
BMKG juga melakukan penguatan
kapasitas dan kapabilitas pemerintah daerah, pihak terkait, dan masyarakat
dalam kesiapan untuk mencegah kerugian sosial ekonomi dan korban jiwa sehingga
terwujudnya zero victims (tanpa korban) dan tanpa kerusakan yang berarti
apabila terjadi gempa dan tsunami.
Sementara itu, staf
Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral, Badan Geologi Pusat Vulkanologi Dan
Mitigasi Bencana Geologi, Sakarias menjelaskan “Sumber gempa bumi utama di
daerah Provinsi NTT adalah Megathrust Sumba, sesar normal pada zona outer rise
di selatan Sumba (pernah mengakibatkan tsunami tahun 1977), sesar naik busur
belakang Flores di Laut Flores (pernah mengakibatkan tsunami tahun 1992), serta
sesar mendatar di Laut Flores (gempa bumi tahun 2021 dengan magnitudo M7,5).
Ia menambahkan, wilayah
pantai Provinsi NTT rawan tsunami dengan sumber pembangkit tsunami tektonik (Megathrust
Sumba, sesar normal pada zona outer rise, sesar naik busur belakang Flores) dan
non tektonik (longsoran dan erupsi GA). Wilayah pantai Provinsi NTT mempunyai
potensi tinggi tsunami di pantai (tsunami height) berkisar antara 1 m
hingga 6,56 m.
Diskusi tersebut melibatkan berbagai pihak mulai dari BNPB, BPBD Provinsi NTT dan BPBD Kabupaten/Kota, BMKG, PVMBG, BASARNAS, TNI, POLDA, OPD terkait lingkup Provinsi NTT, Akademisi, Tokoh Agama, LSM, Media Massa, Forum PRB NTT, dan APDIS. (YRR)