Kolaborasi Pentaheliks BPBD Provinsi NTT bersama Konsorsium Berdikari melihat Peluang dalam Kekeringan di Kab. Kupang

Facebook
X
WhatsApp

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) membangun kerjasama dengan mitra Akademisi Pentaheliks bersama sama melihat peluang dalam Bencana Kekeringan di Kabupaten Kupang NTT.

Bertempat di Desa Oebesi Kecamatan Amarasi Timur Kabupaten Kupang, Plt. Kepala Pelaksana BPBD Provinsi NTT, Semuel Halundaka, S.IP., M.Si. bersama Tim, Kepala Pelaksana BPBD Kab. Kupang, Camat Amarasi Timur, Kepala Desa Oebesi bersama kelompok Tani dan Karang Taruna melaksanakan pertemuan dan berdialog bersama dengan Konsorsium Berdikari yang terdiri dari Politeknik Negeri Kupang sebagai Perguruan Tinggi pengampu. Universitas Nusa Cendana dan Politeknik Pertanian Negeri Kupang pada jumad (4/7).

Semuel mengatakan, Pemerintah Pusat melalui BNPB pada tahun 2024 telah membangun Sumur bor untuk mengatasi bencana kekeringan di Kab. Kupang khususnya di Kecamatan Amarasi timur desa oesbesi yang saat ini telah dinikmati oleh 70 KK untuk keperluan rumah tangga, dengan adanya sumur bor ini menjadi peluang bagi masyarakat dalam meningkatkan ketahan pangan dan dapat melaksanakan kegiatan pertanian pada musim kemarau dengan memanfaatkan teknologi – teknologi modern dan juga dengan metode pertanian berkelanjutan.

selanjutnya Semuel menambahkan dengan mendukung ekosistem dalam ketahanan pangan masyarakat melalui pertanian dan peternakan sebagai lokus OVOP dimana menghasilkan produk produk unggulan di Desa Oebesi, Kecamatan Amarasi Timur, sekaligus membuka laboratorium bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu dan juga hasil dari pendampingan mahasiswa mendapat stimulan berupa angka kredit dari mata kuliah mereka di lapangan

Hal ini sekaligus menjadi Pilot Proyek yg pertama di NTT dengan bangunan Kolaborasi antara BPBD Prov NTT,BPBD Kab Kupang bersama Konsorsium Akademisi dalam penangan kekeringan sebagai peluang investasi ekonomi masyarakat di Desa

Pemerintah Kecamatan dan Desa menyambut peluang pemanfaatan air ini dengan menyiapkan 200 hektar tanah untuk di kelola mejadi lahan pertanian produktif, dengan harapan masyarakat dapat memanfaatkan ilmu dan teknologi – teknologi terbarukan yang akan meningkatkan taraf hidup masyarakat dari kecamatan dan desa terdampak bencana kekeringan menjadi desa berketahanan pangan.

Hal ini disambut baik oleh Konsorsium Berdikari yang diketuai oleh Sulche Ifone Nafi, SE, M.Sc, PhD, menjelaskan dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, Tim mereka telah berhasil mengembangkan teknologi pertanian berbasis sensor untuk model pengairan tetes dan penyiraman menggunakan sprinkler. Metode ini memudahkan petani mengontrol penggunaan air yang tepat dan dapat dioperasikan menggunakan handphone. Teknologi ini sudah berhasil diterapkan pada lahan pertanian di kab. Alor.


Sulche mengatakan hal pertama yang akan dilakukan lebih difokuskan pada manajemen air antara kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan pertanian, setelah itu Tim akan menerapkan teknologi pertanian berbasis sensor pada lahan sebesar satu hektar sebagai lahan contoh. Sulche juga menjelaskan tim tidak hanya terfokus pada teknologi pertanian saja, tetapi akan terus mendapingi hingga ke teknik pemasaran dengan menggunakan kalender kebutuhan pasar pada waktu waktu tertentu.

Pada kesempatan yang sama Tinenti selaku Kepala Pelaksana BPBD Kab. Kupang, mengatakan akan mengerahkan segala sumberdaya yang ada untuk keberhasilan program ini, sehingga kekeringan tidak hanya dipandang sebagai bencana saja namun terdapat peluang peluang yang dapat dimanfaatkan.

Pertemuan dan dialog bersama ini menghasilkan deklarasi bersama antara BPBD Prov. NTT, BPBD Kab. Kupang, Pemerintah Kecamatan, Pemerintah Desa, Karang Taruna dan Konsorsium Perguruan Tinggi Berdikari untuk tetap berada di ladang bersama masyarakat Desa Oebesi. selain itu kerjasama ini akan di legalkan dalam bentuk MoU dan perjajian kerja sama.

Scroll to Top