IMG-LOGO
Home Berita Dokumentasi Pembelajaran Siklon Seroja di NTT: Langkah Strategis untuk Ketangguhan Masa Depan

Dokumentasi Pembelajaran Siklon Seroja di NTT: Langkah Strategis untuk Ketangguhan Masa Depan

        BPBD NTT – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi NTT dengan dukungan Program SIAP SIAGA (kerja sama Pemerintah Indonesia dan Australia) menggelar Lokakarya Perumusan Alur Buku Pembelajaran Dari Respon Seroja (Senin, 6 Mei 2024).

        Dalam lokakarya tersebut, para pihak berkumpul untuk membahas pentingnya dokumentasi pembelajaran dari respon terhadap Siklon Seroja. Selama ini, lokakarya yang dilakukan bersama Forum PRB Provinsi NTT lebih banyak berfokus pada peran lembaga non-pemerintah di masyarakat. Namun, kali ini penekanan lebih ditekankan pada bagaimana pemerintah dengan keseluruhan sistem komando penanganan kedaruratan berfungsi, ungkap Koordinator Program SIAP SIAGA Wilayah NTT, Silvya Fanggidae.


        Ia melanjutkan, bencana besar seperti Siklon Tropis Seroja yang melanda Nusa Tenggara Timur (NTT) pada tahun 2021 bukanlah yang pertama dan kemungkinan bukan yang terakhir, mengingat kondisi geografis dan faktor klimatologi serta meteorologis wilayah NTT yang cukup rawan. Peristiwa ini memicu Pemerintah Provinsi NTT untuk menarik pelajaran penting dari pengalaman mereka dalam menghadapi bencana besar ini untuk pertama kalinya.

Menurut Koordinator SIAP SIAGA, buku yang diterbitkan oleh Sinode GMIT berjudul “Bertemu Tuhan dalam Badai” telah mendorong BPBD Provinsi NTT, dengan dukungan SIAP SIAGA, untuk mendokumentasikan pengalaman dan pembelajaran dari Siklon Seroja dalam sebuah buku. Buku ini nantinya akan menguraikan kegiatan yang dilakukan dalam Posko Seroja secara menyeluruh, mulai dari peringatan dini hingga proses rehabilitasi dan rekonstruksi.

        Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD NTT, Ir. Cornelis Wadu, M.Si.  menekankan bahwa pemerintah tidak bisa berjalan sendiri dalam urusan penanggulangan bencana. Dokumen-dokumen yang ada di BPBD NTT sebagian besar merupakan hasil kerja sama dengan mitra seperti SIAP SIAGA, SKALA, WFP, Forum PRB, dan lainnya.


        Ia juga menekankan pentingnya meramu bersama informasi penanganan Seroja untuk dibukukan, sebagai dokumentasi dan pembelajaran ke depan. Di tengah kondisi inflasi yang ada sekarang, pemerintah membutuhkan dukungan dari semua mitra, termasuk lembaga agama, untuk bersama-sama membangun ketangguhan di NTT.

         Poin diskusi dalam lokakarya juga menyoroti pentingnya dokumentasi pembelajaran dari respon Siklon Seroja. Mantan Sekda NTT, Ben Polo Maing, berbagi pengalaman ketika masih menjadi Kepala Dinas di Kabupaten Ngada. Ia pernah membuat studi pengelolaan sumber lingkungan berbasis masyarakat di Riung, yang meskipun awalnya gagal mencapai kesepakatan, akhirnya didokumentasikan oleh LSM dalam buku “Berbenah Sebelum Melangkah”. Buku ini memberikan banyak pembelajaran berharga bagi pemerintah dan mitra.


        Ben Polo Maing juga memberikan apresiasi kepada Kepala Pelaksana BPBD NTT dan Program SIAP SIAGA atas inisiatif untuk menyelenggarakan lokakarya ini, serta kepada Pendeta Merry yang telah menulis buku pembelajaran Seroja dari sudut pandang teologis. Dokumentasi ini dianggap penting karena banyak informasi krusial yang mungkin terlewatkan oleh pemerintah dan dapat menjadi acuan bagi generasi penerus dalam menghadapi situasi serupa.

           Dengan langkah ini, diharapkan dokumentasi pembelajaran dari bencana Siklon Seroja dapat memberikan wawasan dan panduan bagi penanganan bencana di masa mendatang, tidak hanya di NTT, tetapi juga di wilayah lain yang rentan terhadap bencana serupa.